Wujud Akulturasi Ajaran islam dengan Budaya

Akulturasi atau percampuran dan perpaduan budaya-budaya setempat dengan budaya arah di satu sisi , serta nilai-nilai dan ajaran islam di sisi yang lain. Seperti Islamisasi budaya yakni mempertahankan sisi baik pada budaya local yang tidak bertentangan dengan nilai dan ajaran islam dan mengganti ha-hal yang bertentangan dengan menghadirkan sebuah budaya alternatif yang cerdas, kreatif, inovatif dan syar’i untuk kemudian menjadi budaya lokal yang islami. Akulturasi ajaran islam dengan budaya arab jahiliyah adalah fakta sejarah yang tidak bias dielakkan. Dari beberapa ajaran islam ada yang merupakan produk budaya arab jahiliyah. Ajaran jilbab Misalnya , asal muasalnya adalah pakaian identitas untuk wanita yang bukan budak. Fungsi jilbab ketika itu sebagai pembeda antara wanita yang merdeka atau bukan budak dengan wanita budak , wanita budak dilarang memakai jilbab dan hanya diperbolehkan memakai kerudung . kemudian islam datang dan melegitimasi jilbab sebagai identitas wajib seorang muslimah , baik budak maupun merdeka dan sebagai bagian pakaian penutup aurat sekaligus sebagai identitas kemuslimahannya .
Berikut contoh perwujudan akulturasi ajaran islam dengan budaya Indonesia :
1. Seni Bangunan
Perpaduan antara seni budaya Indonesia dengan ajaran islam pada seni bangunan dapat di lihat dari melalu banguna masjid , makam , dan bangunan lainnya.
A . Masjid
Masjid Demak adalah contohnya , Ranggon atau atap yang berlapis diambil dari konsep ‘Meru’ dari masa pra islam (Hindu-Budha) yang berdiri dari Sembilan susun , sunan kalijaga memotongnya menjadi tiga susun saja, hal ini melambangkan tiga tahap keberagaman seorang muslim . Mempercayai adanya allah merupakan keharusan dan kewajiban bagi tiap-tiap pemeluk islam, dalam islam ada 3 pokok ajaran yakni islam, imam dan ihsan. Pada proses islam kita bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan allah SWT, pada tingkat iman kita dituntut percaya akan adanya allah , lalu pada ihsan kita melakukan sesuatu seakan-akan dekat dengan allah , paling tidak kita percaya bahwa allah melihat kita, dari situ dapat di simpulkan bahwa mengapa kita harus percaya akan adanya allah , sementara kita tidak pernah melihatnya. Itulah representasi dari seorang hamba yang bertaqwa kepada tuhannya .
B. menara
Menara mesjid kudus merupakan sebuah candi jawa timur yang telah diubah dan disesuaikan penggunaannya serta diberi atap tumpang .

C . letak masjid
Pada umumnya masjid didirikan berdekatan dengan istana. Kalau di sebelah utara dan selatan istana biasanya terdapat sebuah lapangan , yang di jawa disebut alun-alun. Masjid juga sering di temukan di tempat-tempat keramat , yaitu tempat makam seorang raja , wali atau ahli agama yang termahsyur . ini adalah pesan agar manusia senantiasa mengingat tuhan dengan mengingat kematian .

2. Makam
Kuburan atau makam islam biasanya di abadikan atau diperkuat dengan bangunan dari batu yang disebut jirat atau kijing dan bertuliskan kaligrafi dari ayat al-qur’an maupun hadist. Tentunya dengan tujuan agar orang-orang yang berziarah kubur dapat petunjuk yang mencerahkan dari ayat ataupun hadist tersebut , seperti pada makam Maulana Malik Ibrahim dan ratu Nahrasyiah di aceh serta makam Fatimah binti maimun , yang membuktikan bahwa pada abad ke-11 M masyarakat masih terikat pada bentuk candi.

3. Sistem penanggala/kalender
Kalender saka merupakan system penanggalan perpaduan jawa asli dan hindu sampai dengan tahun 1633 M. kalender saka yang semula berdasarkan peredaran matahari di ubah sesuai penanggalan peredaran bulan yang sesuai dengan penanggalan islam hijriyah. Dari nama dan bulan pun mengalami perubahan , seperti : srawana , bhadra , asuji , kartika dll.

4. Perayaan Keagamaan
a). Selametan
Selametan adalah semacam pesta yang melibatkan sekelompok orang atau masyarakat untuk tujuan berdoa memohon tujuan keselamatan kepada tuhan. Acara selametan terdiri atas pembaca doa, pembaca al-Qur’an dan sholawat yang kemudian dipadu dengan unsure adat yang dilambangkan dalam makanan.
b). Sekaten
acara mauludan yakni memperingati hari lahir nabi Muhammad SAW yang dilakukan di Yogyakarta dan Surakarta , yang di jadikan juga sebagai ajang untuk kekuatan dan pawai patriotisme .

5. Seni rupa wayang
Pertunjukan wayang adalah suatu bentuk pendalangan yang popular di Indonesia sejak masa pra islam dan merupakan salah satu sarana penyebaran islam yang paling jitu . wayang sengaja digunakan sebagai alat penyebaran agama sebagaimana dilakukan oleh para wali dalam memperkenalkan ajaran-ajaran islam. Kalimat syahadat ‘pengakuan iman dan islam’ misalnya , merupakan jimat paling sakti yang disebut dengan jimat kalimasada. Cerita lain yang khusus berisikan islam, seperti cerita Menak atau cerita kepahlawanan islam lain di pagelarkan dengan cara yang sama melalui wayang golek .

6. Seni aksara
a). Khat/ kaligrafi
Huruf-huruf arab yang ditulis dengan sangat indah disebut dengan seni kaligrafi (seni khat). Seni kaligrafi ini turut serta mewarnai perkembangan seni rupa islam di Indonesia . kalimat-kalimat yang ditulisn bersumber dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadist. Seni khat Nampak pada peninggalan batunisan kuno makam Malik Al-saleh di aceh dan makam .marmer Ratu Nahrasiyah Samudera Pasai,Aceh yang bergaya islam Gujarat india , kaligrafi arab menjadi unsure penting dalam seni hias islam Indonesia.

b). Aksara Arab Pegon
Aksara Arab pegon adalah tulisan berhuruf arab (hijaiyah) seperti yang digunakan dalam al-Qur’an,lengkap dengan tanda bacanya (harakat/sandangan) akan tetapi berbahasa jawa.pada sekitar awal islam abad 15-16 M, banyak peninggalan manuskrip dalam bentuk lontar berbahasa jawa madya,sebagaimana digunakan dalam kitab pararaton. Kesusasteraan ini banyak dikembangkan dalam bentuk huruf pegon oleh sunan Bonang dan sunan Gunung jati dalam proses islamisasi di jawa, dan tradisi membaca lontar sudah berkembang di zaman hindu-budha.
7.Seni sastra
Perkembangan awal seni sastra Indonesia pada zaman islam berkisar di sekitar selat malaka (daerah melayu) dan di jawa. Seni sastra zaman islam yang berkembang di Indonesia sebagian besar mendapat pengaruh dari Persia, seperti cerita-cerita tentang Amir Hamzah, Bayan Budiman. 1001 malam (alf laila wa laila), dan sebagainya. Seni sastra yang muncul pada zaman hindu disesuaikan perkembangannya dengan keadaan zaman islam. Seperti lelakon Mahesa pancatantra , Mahabarata , Ramayana dll.
Menurut paku buwana IV bahwa untuk dapat memahami hakekat kehidupan perlu diketahui sumber kebenaran tertinggi atau nggoning rasa jati , dan rasa jati itu terdapat dalam al-Qur’an. Pengkajian ilmu al-Qur’an dilalui melalui proses berguru. Ilmu dalam al-Qur’an dilalui melalui struktur berjenjang yaitu dalil, hadist, ijma’, dan Qiyas. Keempat sistem epistemologi keagamaan tersebut sesuai dengan tradisi konvensi Ahlus sunnah wal jamaah.
8. Seni Tari dan Musik
Pengaruh islam juga dapat ditemukan pada seni tari nusantara. Seperti Tari zapin dari kepulauan riau , dari namanya , Zapin berasal dari bahasa arab : Zaffan, yang berarti penari atau langkah kaki. Muasalnya dari daerah Hadramaut (yaman), arab selatan yang masuk dibawa oleh saudagar yaman pada sekitar abad ke-13 Masehi. Tari Zapin digunakan sebagai salah satu media dakwah di nusantara.
9. Sistem Pemerintahan
Banyak kerajaan-kerajaan di Indonesia yang menganut sistem pemerintahan yang menerapkan hukum islam. Seperti kerajaan samudera pasai , majapahit, demak dll . sejak berdirinya kerajaan demak, perkembangan islam semakin bertambah pesat, seperti gersik, tuban, jepara dan masih banyak kota lainnya.
Berikut beberapa contoh hukum islam yang telah diberlakukan : penggunaan mata uang emas dinar dikerajaan samudera pasai, pelaksanaan kewajiban sholat, hukuman potong tangan bagi pencuri diatas 1 dinar di kerajaan Banten , dan masih banyak contoh lainnya.

10. Kosa kata
Kosa kata bahasa jawa maupun melayu banyak mengadopsi konsep-konsep islam. Istilah-istilah kata benda yang banyak sekali dipinjam dari bahasa arab islam seperti dalam istilah hukum dan politik : halal , haram, hakim,mahkamah dan banyak di istilah-istilah lainnya. Dalam hal penggunaan istilah-istilah yang diadopsidari islam, tentunya perlu membedakan mana yang “Arabi-sasi”, mana yang “Islamisasi”. Penggunaan dan sosialisasi terma-terma islam sebagai manifestasi simbolik dari islam tetap penting dan signifikan.
Seperti pada penggunaan term shalat sebagai ganti dari sembahyang (berasal dari kata ‘nyembah sang hyang’) adalah proses islamisasi bukannya Arabisasi. Yang makna substansial dari shalat mencakup dimensi individual-komunal dan dimensi pribumisasi nilai-nilai substansial ini kea lam nyata.

Kesimpulan

Dengan demikian, jelaslah perjalanan sejarah rekonsiliasi antara islam sebagai agama dan budaya lokal yang melingkupinya serta adanya landasan hukumlegitimatif dari syara’ berupa ‘urf (adat istiadat) dan maslahah ( kemaslahatan). Maka untuk strategi pengembangan budaya islami di Indonesia yang multi-etnis dan budaya, pendekatan budaya tanpa meninggalkan nilai-nilai spirit al-Qur’an adalah cara yang paling baik. Islamisasi bukanlah harus Arabisasi, karena islam adalah agama yang menyeluruh dalam budaya, sikap dan mentalitas.
Dan kenapa harus budaya ? Karena budaya menyentuh seluruh aspek dan dimensi cara pandang, sikap hidup serta aktualisasinya dalam kehidupan manusia. Selain itu , gerakan cultural lebih integrative dan missal sifatnya dan bahkan dengan menggunakan unsur-unsur lokal dapat mendorong percepatan proses dakwah dan transformasi nilai-nilai dan ajaran islam dalam menopang efektifitas dan operasional dakwah. Maka dari itu dituntut pula peran kreatif seorang da’I dalam menghadirkan budaya alternatif yang kreatif dan inovatif sebagai solusi terhadap budaya yang bertentangan dengan ajaran agama islam agar tidak terjebak ke dalam kejumudan dan sinkretisme sesat.

Leave a comment